Sabtu, 12 Maret 2011

Bukan Sekedar Onggokan Daging...

Bukan Sekedar Onggokan Daging...
(Diambil dari artikel majalah Get Fresh)

Dalam beberapa keterangan secara umum hampir seluruh dokter mengatakan bahwasanya pada dasarnya aborsi masuk kategori pembunuhan apapun alasannya,

Berikut dibawah ini adalah beberapa penuturan yang disampaikan oleh para dokter yang berhubungan dengan permasalahan seputar aborsi. Biarlah kiranya penuturan-penuturan dibawah ini bisa mengingatkan kita betapapun juga janin-janin itu bukanlah sekedar onggokan daging belaka, tapi manusia yang pada dasarnya memiliki hak hidup.


Saat itu menjelang tengah malam, saya sedang berada di Unit Gawat Darurat ketika seorang remaja yang saya perkirakan tidak lebih dari umur 20 tahun masuk dengan mimik muka kebingungan bercampur takut. Saya mulai bertanya mencari tahu apa masalahnya sehingga ia datang untuk berobat. Ia mulai dengan pernyataan bahwa ia mengalami pendarahan hilang timbul selama hampir tiga bulan. Ketika saya mulai memancing dengan pertanyaan mengenai riwayat menstruasinya, dengan nada agak panik ia mengaku telah melakukan aborsi di sebuah klinik dengan seorang dokter spesialis hampir tiga bulan yang lalu. Setelah hampir seminggu dikuret ia mulai mengalami pendarahan. Sebelumnya ia pernah mencoba aborsi dengan mengkonsumsi obat-obatan dari dokter lain. Setelah minum obat itu, ia mulai merasa sakit perut lalu ada yang keluar dari (maaf) lubang kemaluannya berupa darah dan gumpalan-gumpalan. Sampai sekarang ia merasa ada yang masih mengganjal di sana. Ia sudah coba menariknya tetapi tidak bisa.

http://www.aborsi.org/images/imageartikel-1.jpg

Hal itu membuat ia ketakutan. Saya putuskan untuk memeriksanya. Biarpun saya sudah dapat menduga apa yang sedang terjadi, sejujurnya saya tidak pernah menyangka bahwa yang terlihat adalah potongan sepasang kaki mungil milik janin berusia kurang lebih 15-16 minggu yang 'lolos' dari usaha aborsi.
(Seperti yang diceritakan TN, seorang dokter umum disalah satu rumah sakit Jakarta)

Waktu pertama kali melakukan pengguguran, saya merasa menjadi seorang pembunuh. Tetapi saya melakukannya lagi, lagi dan lagi, dan 20 tahun kemudian saya menjadi kebal terhadap suara hati nurani. Yah, saya perlu uang.

Karena itu adalah pekerjaan yang mudah maka saya terpaksa melihat para wanita sebagai hewan dan bayi-bayi itu sebagai kumpulan daging belaka.
(dokter NN)

http://www.aborsi.org/images/imageartikel-2.jpg

Mula-mula kami melakukan pengguguran pada janin-janin kecil...sehingga detakan-detakan jantung dan geraknya tak begitu nyata. Saya pikir janin-janin berumur 15-16 minggu itu tentu belum bisa merasa apa-apa. Tanpa sadar, kami mulai melakukan pengguguran terhadap janin-janin besar. Tiba-tiba waktu kami menyuntikkan cairan garam, kami melihat ada gerakan-gerakan dalam rahim. Pasti ini adalah janin yang menderita akibat menelan cairan garam, ia menendang-nendang dengan panik dalam keadaan sekarat. Kami menghibur diri dengan mengatakan bahwa itu hanya disebabkan oleh kontraksi otot-otot rahim saja. Tapi jujurnya hal ini menekan batin kami, sebab sebagai dokter kami mengerti betul bahwa bukan itu yang sebenarnya terjadi. Kami telah melakukan pembunuhan.
(Dr. John Szenens)


Saya mengalami banyak kesukaran dalam perasaan saya karena pengguguran di masa lalu. Suatu hari saya memasuki ruangan dimana mereka menyimpan janin-janin itu sebelum dibakar. Janin-janin itu dikumpulkan dalam waah-wadah, seperti ayam potong yang dijual di pasar. Saya menjenguk ke dalam wadah di depan saya. Di dalamnya ada bayi kecil telanjang, berlumuran darah. Ia berwarna merah keungu-unguan karena memar dan wajahnya tegang, menderita sekali sebab dipaksa untuk mati terlalu cepat.
(Susan Lindstrom)


Saya tidak suka dengan ide aborsi. Menurut saya, ketika sperma membuahi sel telur ia sudah menjadi seorang manusia. Mungkin belum terlihat bentuk manusianya tapi ia sudah hidup dan sedang memulai suatu proses pematangan dari bagian-bagian yang sebenarnya sudah ada sejak pembuahan. Terkadang saya berpikir daripada diaborsi, lebih baik ia dilahirkan dan diadopsi oleh orang lain. Betapa mengherankan bila dipikir, disatu sisi banyak pasangan yang sudah menikah begitu rindu ingin punya anak dan bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan seorang anak, namun disisi lain ada orang yang membuang, seakan-akan janin itu hanyalah onggokan daging belaka. Saya mengerti, banyak faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan dan membantu melakukan aborsi. Namun apapaun alasannya, di mata Tuhan itu salah.
(Dr. Kartini, Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar