Sabtu, 12 Maret 2011

wanita yang Terbunuh karena Aborsi

Wanita-wanita yang Terbunuh karena Aborsi

MENINGGAL: Michelle Madden, umur 18 tahun

Michelle Madden, 18, seorang mahasiswi, baru saja mengikuti kuliah tahun pertama saat ia dinyatakan hamil. Michelle memutuskan untuk melakukan aborsi setelah dokter yang menanganinya mengatakan bahwa obat epilepsi (sakit ayan) yang diminumnya kemungkinan akan membuat bayinya cacat. Dokter kandungan Evans melakukan tindakan aborsi di Family Planning Medical Centre of Mobile, di negara bagian Alabama, Amerika Serikat. Tiga hari setelah aborsi dilakukan, Michelle pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Lewat pemeriksaan menyeluruh, dokter menemukan tulang kaki, dua potongan tengkorak bayi dan beberapa potongan plasenta di rahim Michelle. Ia meninggal setelah dirawat 3 hari di rumah sakit karena infeksi darah yang merupakan akibat dari aborsi yang dilakukannya. Orang tua Michelle membawa Dokter Evans ke pengadilan dengan tuduhan malpraktek. Juri memenangkan kasus ini dan memberikan US$ 10 juta kepada orangtua Michelle sebagai pengganti anaknya.
(dari koran The Mobile Press Register, 6/6/1991 dan 19/6/1991)

MENINGGAL: Mary Pena, usia 43 tahun

Mary Pena, usia 43 tahun, ibu dari 5 orang anak, meninggal setelah ia melakukan aborsi saat kandungannya memasuki trisemester kedua. Ia meninggal di Rumah Sakit San Vicente, Los Angeles, Amerika Serikat, di bulan Desember 1984. Saat Mary mengalami pendarahan hebat paska aborsi, dokter bedah memutuskan untuk mengangkat kandungannya. Setelah operasi kedua dilakukan, Mary masih mengalami pendarahan dan akhirnya mengalami shock. Dokter bedah tak mampu untuk menghentikan pendarahanyang terjadi, Mary meninggal di atas meja operasi.

Menurut hasil otopsi, Mary meninggal karena rahim yang koyak sebagai akibat dari aborsi yang dijalaninya. Dokter otopsi mengatakan rahim Mary disayat sebegitu lebarnya, padahal di rahim itu terjadi pendarahan. Dokter bedah telah memotong hampir 2 kilo daging Mary. Tubuh bayi perempuan Mary yang berusia 22 minggu dengan kepala telah terpotong, juga ditemukan di dalam rahim Mary.
(Laporan Los Angeles County Coroner no. 84-16016 ; sumber: Feminists for Life)

Banyak wanita yang cedera atau pun terbunuh karena aborsi, lebih banyak dari yang Anda sadari. Mereka yang mengalaminya, termasuk juga keluarga mereka, telah memenangkan kasusnya di pengadilan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mendapatkan cedera atau terbunuh saat aborsi, Anda harus mencari bantuan hukum segera. Jangan biarkan kasus ini menguap.

Berikut ini adalah beberapa potongan kejadian nyata yang diambil dari buku 'Lime 5: The Abortion Industry on Trial' karangan Mark Crutcher, setebal 318 halaman yang menguak lebar industri aborsi di Amerika Serikat. Dalam buku itu dipaparkan kejadian-kejadian yang dialami para wanita yang melakukan aborsi - ada yang diperkosa, dilecehkan, terluka bahkan terbunuh..

Halaman 91 dari Lime 5: Pelecehan seksual di New York dilaporkan oleh beberapa pasien aborsi seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 80). Dokter Roe 80 menyuntikkan cairan tertentu yang membuat si pasien merasa grogi, lalu melakukan hubungan intim dengan si pasien sebelum ia melakukan tindakan aborsi. Seorang pasiennya mengatakan, setelah disuntik, ia tak dapat melakukan apapun, ia tetap sadar dan hanya mampu menangis sambil berujar berulang kali, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Halaman 25 dari Lime 5: Kematian Margaret. Pada 2 Juni 1989, Margaret melakukan tindakan aborsi yang ditangani seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 295). Setelah selesai, Margaret merasa sakit perut dan terjadi pendarahan. Ia lalu melaporkan keadaannya kepada dokter, tetapi tidak disarankan untuk melakukan pengobatan lanjut. Dua hari kemudian, Margaret mencari bantuan medis lain atas inisiatifnya sendiri. Tenaga medis itu menemukan potongan janin dan rahim yang koyak. Margaret lalu menjalani kuretasi yang dilanjutkan dengan pengangkatan seluruh kandungannya karena infeksi telah menyebar. Sayangnya, apapun yang dilakukan terhadap Margaret telah terlambat. Akibat komplikasi tindakan aborsi, ia meninggalkan suami dan anaknya yang baru berumur 1 tahun.

Halaman 28 dari Lime 5: Kematian Shary. Pada 15 Januari 1982 di Dallas, Texas, Shary yang berumur 34 tahun melakukan aborsi dengan bantuan seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 368). Saat tindakan dilakukan, ia mengalami robekan rahim sepanjang 1 inci dan mulai mendapat pendarahan hebat. Ia meninggal sehari kemudian. Klinik tempat ia melakukan aborsi tercatat sebagai anggota dari Federasi Aborsi Nasional (National Abortion Federation)

Halaman 34 dari Lime 5: Kematian Magdalena. Pada 8 Desember 1994, Magdalena yang berumur 23 tahun melakukan aborsi yang dibantu seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 209). Saat tindakan dilakukan, si dokter sadar kalau ia sudah melakukan kesalahan - ia mendapat kesulitan mengeluarkan janin dari rahim Magdalena, ia pun telah salah mengeluarkan bagian dari bokong Magdalena. Karena terjadi pendarahan yang hebat, Roe 209 menelepon sebuah rumah sakit dan disarankan untuk memanggil ambulans untuk membawa si pasien ke rumah sakit. Ada kesenjangan 30 menit antara Roe 209 menelepon rumah sakit dan menelepon ambulans, karena Roe 209 terlebih dahulu melakukan tindakan aborsi terhadap pasien lain. Saat tiba di rumah sakit, petugas yang menerima Magdalena melihat ia berbaring dalam kolam darah, tanpa detak jantung. Magdalena tidak sadarkan diri, tidak memberikan respon dan matanya redup. Saat operasi dilakukan, ditemukan bergumpal-gumpal darah dalam rahimnya, juga janin perempuan berusia 30 minggu. Magdalena tidak dapat melewati operasinya. Ia meninggal dengan catatan: "komplikasi dari perlukaan panggul yang terdiri dari koyaknya rahim bawah, vagina, saluran kemih dan usus besar."

Halaman 36 dari Lime 5: Perlukaan akibat aborsi yang dialami Cheryl. Saat melakukan aborsi, Cheryl yang berumur 22 tahun mengalami robekan di rahim selebar 3 1/2 inci dan di usus besar selebar 1 inci. Sehari setelah aborsi, ia dimasukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan. Petugas rumah sakit menemukan kalau kepala bayinya telah dipaksakan keluar lewat saluran kemihnya ke rongga perut. Ia akhirnya menjalani operasi pengangkatan rahim, pengangkatan sebagian usus besar dan memerlukan 6 unit darah ditambahkan ke dalam tubuhnya.

Buku 'Lime 5' ditulis berdasarkan pengumpulan data-data pengadilan, catatan polisi, artikel di surat-surat kabar, sertifikat kematian, hasil-hasil otopsi, laporan hasil pemeriksaan medis, jurnal-jurnal kedokteran, serta informasi dari yang bersangkutan. Buku ini benar-benar menguak tanpa sensor sedikit pun tentang kejahatan industri aborsi di Amerika. Saat Anda membaca Lime 5, Anda juga akan membaca bukti-bukti yang menunjukkan adanya campur tangan pemerintah Amerika Serikat untuk menutupi fakta-fakta kejahatan aborsi. Buku ini menunjukkan bagaimana hal ini terjadi, mengapa hal ini dilakukan dan siapa-siapa saja pelakunya.

Lime 5 juga menunjukkan bagaimana organisasi-organisasi yang pro-aborsi menyusun agenda kerja mereka dengan memberikan dukungan kepada pelaksana aborsi meski mereka mengetahui bahaya yang mengincar para wanita yang ingin melakukan tindak aborsi. Setelah Anda membaca Lime 5, Anda akan menyadari betapa sukarnya bagi seorang wanita memperoleh keadilan setelah mengalami cedera dalam tindakan aborsi.

(terjemahan bebas dari situs Pro-Life Amerika Serikat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar